kolom
Langganan

Menghadapi Tantangan Rendahnya Investasi Infrastruktur Sepeda Motor Listrik

by Sayyidah Maulidatul Afraah  - Espos.id Kolom  -  Jumat, 4 Oktober 2024 - 10:00 WIB

ESPOS.ID - Polytron Fox-S dan Fox-R. (Polytronev.id)

Esposin, SOLO - Tingkat adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari jumlah sepeda motor listrik yang ada di Indonesia per Januari 2024 sebesar 75.000 unit berdasarkan data Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik di Indonesia (Aismoli).

Pemerintah Indonesia telah lama mempertimbangkan inovasi kendaraan listrik menjadi teknologi pengganti kendaraan berbahan bakar bensin. Hal itu dibuktikan dengan terbitnya Peraturan Presiden No. 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan sebagai salah satu upaya pemerintah dalam melakukan pengurangan pembuangan GHG atau Greenhouse Gas. Regulasi ini juga diperkuat oleh Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. 45 tahun 2020 untuk menjamin keselamatan penggunaan kendaraan tertentu dengan menggunakan penggerak motor listrik.

Advertisement

Namun kenyataannya, tingkat adopsi kendaraan listrik di Indonesia masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari jumlah sepeda motor listrik yang ada di Indonesia per Januari 2024 sebesar 75.000 unit berdasarkan data Aismoli. Angka tersebut hanya mencapai 0,5% dari target pemerintah yaitu sebanyak 13 juta unit sepeda motor listrik yang turun ke jalan pada 2030. Namun, angka tersebut dinilai cukup meningkat secara signifikan dalam satu tahun terakhir.

Berdasarkan survei Populix tahun 2024, pengguna sepeda motor listrik ini lebih diminati oleh perempuan yang memiliki keseharian sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa segmentasinya masih didominasi oleh pengguna dengan mobilitas rendah. Sedangkan pengguna dengan mobilitas lebih tinggi masih memiliki rasa tidak nyaman dan kecemasan akan kebutuhan pengisian energi. Masih terbatasnya infrastruktur pengisian umum yang ada menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam pembelian sepeda motor listrik. Hal ini diperkuat oleh hasil kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ekosistem kendaraan listrik yang belum berkembang dengan baik, khususnya keterbatasan aspek infrastruktur pengisian untuk memenuhi kebutuhan energi pengguna.

Advertisement

Berdasarkan survei Populix tahun 2024, pengguna sepeda motor listrik ini lebih diminati oleh perempuan yang memiliki keseharian sebagai ibu rumah tangga. Hal tersebut menunjukkan bahwa segmentasinya masih didominasi oleh pengguna dengan mobilitas rendah. Sedangkan pengguna dengan mobilitas lebih tinggi masih memiliki rasa tidak nyaman dan kecemasan akan kebutuhan pengisian energi. Masih terbatasnya infrastruktur pengisian umum yang ada menjadi salah satu faktor yang menjadi pertimbangan dalam pembelian sepeda motor listrik. Hal ini diperkuat oleh hasil kajian Institute for Essential Services Reform (IESR) yang menunjukkan bahwa Indonesia memiliki ekosistem kendaraan listrik yang belum berkembang dengan baik, khususnya keterbatasan aspek infrastruktur pengisian untuk memenuhi kebutuhan energi pengguna.

Pada 2019, sebuah penelitian di Jerman membandingkan dua alternatif untuk menjawab kebutuhan pengguna kendaraan listrik dengan mobilitas tinggi. Pertama, meningkatkan ketersediaan dan penyebaran infrastruktur pengisian listrik umum. Kedua, meningkatkan jangkauan baterai untuk jarak yang lebih panjang. Keduanya perlu dikaji dalam menentukan strategi untuk investasi yang paling efisien dalam menjawab permasalahan yang ada.

Meningkatkan Infrastruktur Pengisian Listrik Umum

Ada tiga jenis infrastruktur pengisian listrik umum untuk sepeda motor listrik di Indonesia. Pertama, SPKLU atau Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum yang saat ini terletak di area SPBU maupun PLN. Ciri khas dari SPKLU ini adalah memiliki nozzle yang dihubungkan dengan baterai pada kendaraan listrik dan memiliki daya pengisian yang lebih tinggi. 

Advertisement

SPLU ini berbentuk seperti stop kontak, sehingga pengguna perlu untuk membawa charger sendiri ketika ingin melakukan pengisian. Saat ini, infrastruktur pengisian listrik umum untuk sepeda motor di Indonesia yang telah tersedia adalah SPLU dan SPBKLU. Sedangkan SPKLU sendiri masih dalam tahap pengembangan, baik dari segi teknologi pengisian maupun standarisasi nozzle-nya. 

Pemerintah melalui Permen ESDM No. 1 Tahun 2023 juga turut mengajak pihak swasta untuk bekerjasama dalam penyediaan infrastruktur pengisian listrik untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai dengan berbagai model bisnis. Namun, investasi dari penyediaan infrastruktur pengisian listrik ini membutuhkan biaya yang cukup besar. Oleh karenanya, calon penyedia infrastruktur mengkaji ulang karena jumlah permintaan dan penggunanya yang belum sebanding dengan biaya investasi yang akan dikeluarkan. 

Meningkatkan Jangkauan Baterai

Sepeda motor listrik dengan ukuran standar skutik biasa, dibekali oleh satu buah baterai dengan jarak tempuh 50-60 km. Skenario meningkatkan jangkauan baterai, dapat membekali setiap sepeda motor dengan dua buah baterai. Meskipun membutuhkan biaya investasi dan membuat sepeda motor menjadi lebih berat, skenario ini telah diterapkan oleh beberapa sepeda motor listrik yang digunakan oleh ojek online dengan mobilitas cukup tinggi. 

Advertisement

Ukuran jok didesain dalam ukuran besar untuk menyimpan 1 baterai cadangan. Di mana ketika baterai yang satu habis kabel tersebut dapat dipindahkan ke baterai cadangan dan membuat jangkauan jarak tempuh menjadi lebih tinggi. Lantas manakah yang harus dipilih? Antara meningkatkan infrastruktur pengisian atau meningkatkan jangkauan baterai? 

Dalam menjawab persoalan ini, penulis telah mengembangkan model biaya Equivalent Annual Cost (EAC). Model ini dikembangkan dengan menganalisis biaya paling efisien, antara investasi infrastruktur pengisian listrik umum (perspektif penyedia infrastruktur) dan investasi sepeda motor listrik dengan jangkauan baterai yang lebih panjang (perspektif pengguna). 

Keduanya menggunakan prinsip win-win solution, dengan melibatkan semua biaya yang dikeluarkan termasuk biaya investasi, biaya operasional, hingga skenario subsidi yang dikeluarkan oleh pemangku kebijakan. Simulasi ini didasarkan pada data-data yang diperoleh dari survei para pengguna sepeda motor listrik, baik untuk penggunaan pribadi maupun ojek online. 

Advertisement

Berdasarkan data, ada tiga skenario yang menjadi minat pengguna dalam pengisian daya listrik pada infrastruktur umum. Pertama, 61% pengisian pada SPKLU dan 39% pengisian pada SPLU. Kedua, 54% pengisian pada SPBKLU dan 46% pengisian pada SPLU. Ketiga, 26% pengisian pada SPKLU, 32% pengisian pada SPBKLU, dan 42% pengisian pada SPLU.

Berdasarkan hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai EAC yang memberikan biaya paling efisien terdapat pada skenario sepeda motor dengan baterai tunggal dan didukung oleh peningkatan infrastruktur yang memadai. Di mana skenario infrastruktur yang terpilih adalah skenario 2, dengan proporsi 54% SPBKLU dan 46% SPLU dapat menjadi prioritas utama dalam pembangunan infrastruktur. Sedangkan SPKLU dapat menjadi prioritas terakhir, mengingat teknologi SPKLU bagi kendaraan roda dua masih dalam tahap pengembangan.

Berbagai kebijakan dan insentif pendukung juga perlu dirancang dalam rangka menyukseskan skenario yang telah terpilih. Besarnya peningkatan infrastruktur pengisian yang tersedia dapat berbanding lurus dengan besarnya pengguna sepeda motor listrik di Indonesia. Selain itu, lokasi dan titik pembangunan infrastruktur juga perlu dipertimbangkan agar menyebar dan dapat menyasar pengguna.

Tanpa adanya perhitungan nilai EAC, dapat berpotensi menyebabkan para stakeholder tidak memiliki dasar dalam menentukan keputusan. Selain itu, EAC dapat menjadi model dalam menghadapi tantangan rendahnya investasi infrastruktur sepeda motor listrik di Indonesia. Hal tersebut dapat menjadi langkah kecil dalam evaluasi ekosistem kendaraan listrik menjadi yang lebih baik. 

Adanya kolaborasi antara peranan dari konsumen sebagai calon pengguna, pihak swasta sebagai calon penyedia infrastruktur, dan pemangku kebijakan menjadi penting untuk menyukseskan visi Indonesia dalam percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan.

Artikel ini ditulis oleh Sayyidah Maulidatul Afraah, Dosen Teknik Industri Universitas Islam Indonesia yang merupakan Alumni Program Studi Magister Teknik Industri Universitas Sebelas Maret.

Advertisement
Muh Khodiq Duhri - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif