Esposin, SOLO – Beberapa hari lalu sepeda motor saya kehabisan bahan bakar minyak (BBM) di Kota Solo. Konyol. Saya tidak mengecek tangki sebelum berangkat. Indikator BBM di sepeda motor saya sudah lama rusak. Beberapa langkah setelah menuntun sepeda motor saya berhenti.
Otak saya secara spontan mencari tahu di mana penjual BBM eceran terdekat. Stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU terdekat berjarak satu kilometer. Menuntun sepeda motor sejauh itu tentu melelahkan.
Promosi Kick Off Semarak HUT ke-129 BRI, Usung Tema Brilian dan Cemerlang
Teori Stephen R. Covey di buku The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness (Kebiasaan Ke-8: Dari Efektivitas Menuju Keunggulan) menyebut tanpa peta dan arah langkah kuat Anda hanya akan mempercepat sampai ke tempat yang salah.
Berjarak puluhan meter di depan saya ada warung hik yang penuh pembeli. Riuh tawa bapak-bapak yang berkumpul di warung itu terdengar. Begitu saya menyapa, mereka merespons ramah.
Tahu saya kehabisan bensin mereka memberi informasi penting tentang lokasi penjual bensin eceran terdekat. Jaraknya sekitar 300 meter dari tempat kami mengobrol.
Informasi yang sangat berharga, saya tak perlu ngos-ngosan lagi. Salah seorang pengunjung hik berjaket ojek online menawarkan sepeda motornya untuk membeli bensin. Tawaran baik itu saya tolak halus.
Kebetulan tempat penjual BBM yang mereka maksud satu jalur dengan arah saya pulang. Saya melanjutkan menuntun sepeda motor hingga 300 meter ke depan. Ini bukan kali pertama saya ketemu orang baik.
Dulu beberapa kali saya "disetut" orang di jalan ketika sepeda motor mogok atau kehabisan bensin. ”Setut” adalah istilah untuk mendorong sepeda motor memakai kaki oleh orang yang mengendarai sepeda motor yang lain.
Pernah juga dompet saya jatuh di jalan. Sejam setelah itu ketika saya sedang bingung menyusuri jalan ada telepon dari kantor, mengabari ada orang menelepon telah menemukan dompet saya di jalan. Memang di dompet itu ada identitas saya dan kartu nama.
Seingat saya dua kali saya mengalami kejadian seperti ini. Saya menyebut mereka orang baik karena uang di dompet saya juga utuh. Saya percaya selalu ada orang baik di sekitar kita, meski yang jahat lebih terasa karena berisik. Kasus dompet kembali utuh mungkin menjadi kisah yang sedikit dibandingkan yang hilang, apalagi jika isinya benda berharga seperti uang.
Akademikus Universitas Islam Negeri Malang, Imam Suprayogo, menyebut orang baik selalu ada di tengah masyarakat walau lingkungan orang-orang itu tinggal buruk. Ia mendefinisikan orang baik adalah pribadi yang jujur, ikhlas, sabar, pintar, pekerja keras, bertanggung jawab, peduli sesama, dan sebagainya.
Orang yang mampu dan berhasil menjaga diri seperti itu bisa ditemukan di mana-mana. Oleh karena itu, tidak terlalu benar mengatakan pada saat sekarang ini sedang krisis orang baik.
Imam menyebut masyarakat selalu membutuhkan kehidupan yang damai, tenteram, adil, dan jauh dari hal-hal yang mengganggu dan atau merusak. Orang baik dan mampu berbuat baik selalu peduli dan bisa memenuhi kebutuhan itu.
Orang baik belum tentu mampu berbuat baik dan, apalagi, menang bersaing dengan orang yang tidak baik. Orang baik kadang kala harus bersaing dengan orang-orang buruk di sekitarnya. Dan Kadan-kadang ia kalah.
Dalam agama Islam, kebaikan selalu menjadi seruan pada setiap tingkah laku. Dalam bahasa Arab ada banyak kata yang maknanya merujuk kebaikan, seperti al-khair, al-hasanah, al-ma’ruf, dan al-birr.
Di antara empat kata tersebut, al-birr adalah induk seluruh kebaikan. Abu Manshur dalam kamus Lisanul Arab menyebut al-birr adalah kebaikan dunia dan akhirat. Ibnu Abbas berkata bukanlah kebajikan itu bila kalian salat dan tidak beramal (yang lainnya).
Beberapa waktu terakhir dinamika politik Indonesia memanas terkait persiapan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak. Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengubah ketentuan ambang batas pencalonan kepala daerah oleh partai politik dan batas umur minimal calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah.
Massa turun ke jalan setelah DPR mengabaikan putusan tersebut dan memilih mengikuti putusan Mahkamah Agung (MA) terkait gugatan peraturan KPU beberapa waktu sebelumnya. Aksi massa membuat DPR gagal menggelar rapat paripurna revisi RUU Pilkada. Putusan MK berlaku sepenuhnya untuk pilkada serentak pada November 2024.
Presiden Joko Widodo mendapatkan kritik tajam karena dianggap cawe-cawe pada kekisruhan ini. Kritikan ini menjadi lanjutan dari kericuhan serupa saat MK membuat putusan yang membuat putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, berhasil mengikuti pemilihan presiden 2024 sebagai calon wakil presiden.
Pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka terpilih sebagai pemimpin negeri ini untuk lima tahun mendatang. Editorial Tempo permah menulis tentang Runtuhnya Tesis Orang Baik yang ditujukan untuk Presiden Jokowi atas memanasnya politik dalam negeri.
Presiden Jokowi dianggap mengangkangi hukum demi memaksakan kehendak politik. Tentu saja tudingan itu dibantah keras. Mantan Wali Kota Solo itu menyebut dirinya tidak cawe-cawe dalam pemilu dan pilkada. Ia juga membantah menghalalkan segala cara agar anaknya mendapatkan jabatan politik.
Saya tidak ingin larut dalam perdebatan politik ini. Intrik politik dalam negeri makin membikin muak. Tidak ada lawan dan kawan abadi dalam politik. Yang abadi selalu kepentingan.
Saya ingin mengajak Anda berefleksi diri seperti pada awal tulisan ini, bahwa masih banyak orang baik di sekitar kita. Yang tulus berbuat untuk sesama. Yang tidak bermanipulasi ketika beraktivitas.
Mengutip tulisan Imam Suprayogo, orang baik adalah pribadi yang jujur dan ikhlas untuk sesama. Waktu yang akan membuktikan apakah seseorang itu jujur dan ikhlas berbuat untuk sesama.
Presiden Ke-16 Amerika Serikat Abraham Lincoln berkata untuk mengetahui karakter asli seseorang berilah ia kekuasaan. Apabila pada akhir kekuasaan masih sama dengan sebelumnya, seseorang tersebut memang jujur dan tulus.
Semua orang bisa tahan dengan kesengsaraan, tapi bila ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan. Saya mengajak pembaca menjadi orang baik, yang tulus dan ikhlas berbuat demi sesama.
Petuah bijak mengatakan jika kita tidak bisa menemukan orang baik, jadilah orang baik itu. Menjadi orang baik tidak butuh intelektualitas tinggi. Cukup dengan mengikuti suara hati.
Setiap manusia diberi Tuhan hati nurani yang akan menuntun ke arah kebaikan. Seperti kata Vincent Van Gogh, hati nurani adalah kompas seseorang.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 September 2024. Penulis adalah Manajer Konten Solopos Media Group)