Esposin, SOLO – Jika tiada aral melintang, Rabu 27 November 2024 kita akan memilih pasangan gubernur dan wakil dan pasangan bupati/wali kota dan wakil di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di Jawa Tengah.
Untuk memilih pasangan kepala daerah yang ideal, yang akan memimpin pada kurun waktu lima tahun mendatang (tahun 2025-2030), tentu tidak mudah. Ada panduan yang amat menarik yang diungkapkan M. Quraish Shihab (April 1997) dalam buku berjudul Lentera Hati: Kisah dan Hikmah Kehidupan (Penerbit Mizan).
Promosi Beri Kontribusi Nyata, BRI Peduli Adakan Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Perilaku manusia, termasuk perilaku para pemimpin. adalah cerminan perilaku tiga jenis binatang, yaitu lebah, semut, dan laba-laba. Tiga binatang tersebut mempunyai sifat/karakter yang beragam dan saling bertolak belakang.
Lebah hidup di sarang persegi enam agar tidak terjadi pemborosan lokasi atau tempat tinggal. Sumber makanan lebah adalah sari bunga tanaman yang ketika diambil tidak merusak tanaman itu.
Lebah menghasilkan lilin dan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lilin dapat digunakan sebagai penerang kehidupan. Madu dapat menjadi obat dan dapat digunakan untuk menjaga stamina/kesehatan manusia.
Lebah dikenal mempunyai disiplin kerja yang tinggi dan ada pembagian kerja dalam menjalankan aktivitas. Segala sesuatu yang tidak berguna akan disingkirkan dari sarang. Lebah juga tidak akan menganggu/menyerang pihak lain selama tidak mengganggu/merecoki.
Sengatan lebah juga dapat dijadikan obat. Pada intinya lebah sangat bermanfaat bagi lingkungan di sekitarnya, termasuk bermanfaat bagi manusia. Semut terus menghimpun makanan sedikit demi sedikit sampai mencapai jumlah yang sangat banyak dan sangat jauh melebihi kebutuhan normal untuk hidup.
Semut dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun walaupun umurnya tidak lebih dari satu tahun dalam siklus kehidupan. Semut juga sering memikul beban yang amat besar yang melebihi ukuran tubuhnya.
Ketika ada makanan dalam jumlah yang besar, semut mengajak sekutu/kroni mengambil/merampas makanan tersebut untuk ditempatkan di lokasi tersembunyi.
Laba-laba bersarang tidak kukuh, bahkan merupakan tempat paling rapuh. Sarang laba-laba juga bukan merupakan tempat aman dan nyaman untuk disinggahi. Apa saja yang berlindung dalam sarang laba-laba akan disergap dan akan dibinasakan empunya.
Telur-telur laba-laba yang menetas hidup saling berdesakan. Ketika menetas jadi laba-laba, saling memusnahkan. Hukum rimba berlaku, siapa yang kuat akan terus hidup dengan cara menindas dan mematikan yang lemah dan tak berdaya.
Karakter Pemimpin
Bercermin sifat tiga binatang tersebut ada tiga karakter manusia/pemimpin yang akan kita pilih. Pemimpin tipe lebah tidak akan merusak dan tidak akan menyakiti para pemilih. Pemimpin tipe lebah tidak akan mengambil dan memakan harta, kecuali harta itu baik dan dari sumber yang halal.Perilaku pemimpin tipe lebah ini bermanfaat bagi masyarakat pemilih dengan sifat tidak akan membuat kerusakan terhadap yang menjadi tugas dan menjadi amanah yang akan diemban.
Karakter pemimpin tipe lebah akan berusaha menjadi pengayom dan memberikan manfaat bagi sebanyak mungkin pihak yang dapat dibantu. Pemimpin tipe lebah bisa marah besar, bahkan akan menaruhkan diri dan nyawa, ketika ada pihak lain yang mengganggu dan merecoki kebenaran.
Tipe pemimpin jenis semut suka menghimpun dan menumpuk ilmu tanpa mengolah terlebih dahulu sehingga cenderung punya ilmu tapi menjurus ke kebodohan. Suka menumpuk harta/kekayaan tanpa disesuaikan dengan kebutuhan sehingga cenderung serakah dan rakus.
Budaya pemimpin tipe semut adalah menumpuk yang didukung aji mumpung (mumpung masih berkuasa dan mumpung masih bisa berbuat semaunya). Dia dan lingkungan cenderung hidup boros dan memamerkan kekayaan.
Sering mengumpulkan harta yang tidak ada gunanya dan menghimpun harta yang tidak bermanfaat bagi masyarakat. Pemimpin tipe semut dikelilingi sekelompok manusia yang berperilaku sebagaimana perilaku semut, terus mengumpulkan harta yang bermanfaat bagi diri dan kelompoknya, tidak peduli rakyat dalam kondisi kesusahan dan penderitaan.
Pemimpin tipe laba-laba tidak menggunakan akal sehat dan pikiran secara jernih. Akhlaknya cenderung buruk dan rusak. Dalam soal rezeki yang diibaratkan dengan makanan, dia tidak butuh berpikir tentang apa, di mana, dan kapan ia makan.
Dalam pikiran yang terbesit adalah siapa yang akan menjadi target dimangsa demi melanggengkan kekuasaan. Pemimpin tipe ini tidak berpikir jenis makanan yang sebaiknya dimakan, di mana dia akan makan, tetapi dalam pikiran jahatnya yang terbesit adalah besok mau makan/memangsa.
Sebaiknya kita memilih pemimpin yang berperilaku sebagai lebah, bukan memilih pemimpin yang berperangai seperti semut, apalagi memilih pemimpin dengan model gaya hidup dan kepemimpinan seperti laba-laba.
Kita berharap terpilih pasangan kepala daerah dan wakil yang benar-benar membawa perubahan yang lebih baik pada masa-masa mendatang. Perubahan yang baik tersebut tidak hanya terjadi dan dirasakan oleh kelompok tertentu, tetapi juga dirasakan seluruh masyarakat yang berada di wilayahnya.
Pemimpin yang baik dengan gaya/tipe kepemimpinan lebah diharapkan dapat menjalankan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Pasal 6 mengatur pemimpin yang berhasil akan diindikasikan dengan enam indikator yang kondisinya akan semakin membaik dari waktu ke waktu. Pertama, mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayahnya. Kedua, berhasil meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat secara berkesinambungan. Ketiga, mampu menurunkan angka pengangguran dengan cara terus menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.
Keempat, berhasil angka kemiskinan. Kelima, berhasil menurunkan ketimpangan distribusi pendapatan, baik antargolongan penduduk maupun antarwilayah.
Kelima, berhasil meningkatkan kualitas/mutu pembangunan modal manusia dari waktu ke waktu. Semoga kita kelak memiliki pemimpin seperti karakter binatang lebah, bukan seperti karakter binatang semut, apalagi seperti laba-laba.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 6 September 2024. Penulis adalah dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret dan Ketua Bidang Kajian dan Publikasi ISEI Solo)