Kesehatan dan kebugaran merupakan dua hal penting yang saling berkaitan dan berperan vital dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi generasi muda, lebih khusus lagi bagi para bagi siswa.
Kesehatan mencakup kondisi fisik, psikis, dan sosial yang baik. Kesehatan yang baik memungkinkan individu berfungsi secara optimal dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan, pekerjaan, dan interaksi sosial
Promosi BRI Klasterku Hidupku Dorong Pemberdayaan Perempuan lewat Usaha Tani di Bali
Kebugaran mengacu pada kondisi jasmani untuk melakukan aktivitas fisik secara maksimal dan efektif tanpa diiringi rasa lelah yang berlebihan. Unsur-unsur kebugaran jasmani meliputi daya tahan, kekuatan, kelincahan, keseimbangan, dan fleksibilitas.
Kebugaran ini dipengaruhi berbagai faktor, termasuk aktivitas fisik, pola makan, dan gaya hidup secara keseluruhan; terlebih pada generasi sekarang yang cenderung pada aktivitas “rebahan”.
Kebugaran mengacu pada kemampuan sistem tubuh untuk bekerja secara efektif sehingga memungkinkan seseorang bisa melakukan aktivitas fisik dalam kehidupan sehari-hari dengan efektif dan efisien.
Menurut Helmi Mahdi Hibatulloh (2024), aktivitas fisik mempunyai efek positif pada otak dan kinerja di sekolah karena berdampak langsung pada perilaku dan perkembangan otak.
Keterampilan kognitif seperti konsentrasi, perhatian, dan ingatan merupakan komponen penting dalam peningkatan prestasi akademik. Perlu dikembangkan instrumen untuk melakukan asesmen kebugaran.
Asesmen kebugaran bertujuan mengumpulkan informasi mengenai sejumlah aspek tentang kebugaran siswa Indonesia yang meliputi tingkat kelentukan, kelenturan, daya tahan, kekuatan dan daya ledak otot, kelincahan, koordinasi tangan-mata, keseimbangan, daya tahan kardiorespirasi (jantung dan paru-paru), daya tahan aerobik (VO2 Max), serta kecepatan reaksi.
Upaya meningkatkan kebugaran siswa selain aktivitas yang terintegrasi dalam kurikulum adalah membudayakan pola hidup sehat serta penataan sarana dan prasarana pendukung dalam mengupayakan sekolah sehat.
Beberapa karakteristik penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan positif dalam mewujudkan budaya sekolah sehat diwujudkan secara sinergis antara kurikulum, kesiswaan, dan sarana prasarana.
Pertama, lingkungan bersih dan sehat. Sekolah sehat memiliki lingkungan fisik yang bersih dan rapi. Hal ini mencakup kebersihan ruang kelas, kantin, toilet, dan halaman sekolah. Kantin sekolah harus memenuhi syarat kesehatan.
Ini termasuk menyediakan jajanan yang bersih dan sehat serta komitmen kepala sekolah dan guru terhadap pengelola kantin sekolah. Fasilitas yang memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air bersih, pengelolaan sampah, pengelolaan sanitasi, dan pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman sangat penting.
Selain itu juga didukung perilaku tidak merokok, perilaku membuang sampah pada tempatnya, dan hubungan sosial kekeluargaan antarwarga sekolah yang baik.
Kedua, pendidikan kesehatan. Sekolah sehat melaksanakan program usaha kesehatan sekolah (UKS) yang mencakup pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Program ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan perilaku hidup bersih dan sehat di kalangan siswa. Sekolah juga bisa bekerja sama dengan puskesmas dalam memberikan informasi tentang pentingnya imunisasi dan mencegah penyakit menular.
Ini membantu memastikan siswa mendapatkan vaksinasi yang diperlukan dan memahami cara mencegah persebaran penyakit. Dalam membekali generasi Z, perlu kampanye kreatif melalui media massa dan media sosial untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kesehatan di sekolah. Siswa bisa dilibatkan membuat konten sesuai arah dan petunjuk dari pengelola sekolah.
Ketiga, penerapan budaya positif. Budaya sekolah sehat merupakan implementasi yang sangat penting dalam Kurikulum Merdeka. Kurikulum ini dirancang untuk memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada siswa, guru, dan sekolah dalam proses pembelajaran.
Kurikulum Merdeka juga memberikan asesmen yang autentik dan komprehensif. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, kerja sama, toleransi, dan rasa hormat dipelihara melalui budaya positif di lingkungan sekolah.
Penerapan budaya sekolah sehat dalam Kurikulum Merdeka melibatkan sosialisasi dan implementasi yang jelas. Aturan-aturan diberitahukan di kelas atau sewaktu upacara serta ada kesepakatan-kesepakatam yang disusn mel;aui musyawarah bersama orang tua siswa.
Keempat, pengorganisasian dan pemberdayaan sumber daya. Pengelolaan budaya sekolah sehat memerlukan pengorganisasian sumber daya manusia di sekolah.
Tim pelaksana kegiatan yang bertanggung jawab perlu selalu memutakhirkan kemampuan melalui pelatihan dan edukasi tentang gizi, kebersihan, dan aktivitas fisik untuk guru dan staf sekolah demi mendukung program kesehatan.
Sekolah perlu dilengkapi fasilitas yang mendukung kesehatan, tentu diwujudkan dalam rencana anggaran. Kerja sama dengan orang tua, masyarakat, dan lembaga kesehatan dapat memperkuat program kesehatan di sekolah
Kelima, integrasi dengan mata pelajaran. Budaya sekolah sehat diintegrasikan dalam pembelajaran oleh seluruh guru melaliui kegiatan belajar mengajar yang secara formal tertulis dalam modul ajar.
Nilai-nilai perilaku hidup sehat diintegrasikan dalam kegiatan kurikuler sesuai dengan mata pelajaran yang diampu guru. Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang dapat menumbuhkan kejuruan, kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan rasa kesetiakawanan siswa juga penting dalam mengembangkan budaya sekolah sehat.
Budaya sekolah sehat sebagai implementasi Kurikulum Merdeka mencakup pengintegrasian lingkungan bersih dan sehat, pendidikan kesehatan, penerapan budaya positif, pengorganisasian sumber daya, dan integrasi dengan mata pelajaran.
Hal ini bertujuan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, berkualitas, dan merdeka bagi siswa, serta lingkungan kerja yang nyaman, produktif, dan profesional bagi guru dan tenaga kependidikan.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 18 September 2024. Penulis adalah Guru SMAN 1 Wuryantoro di Kabupaten Wonogiri dan alumnus Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sebelas Maret)