Esposin, SOLO – Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli sebagai bentuk kepedulian terhadap tumbuh kembang anak. Pasal 28B ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 mengatur setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pada 1951, kongres Wanita Indonesia (Kowani) mencetuskan Hari Anak Nasional kali pertama. Perayaan mulai dilakukan pada 1952. Hari Anak Nasional diperingati setiap 23 Juli melalui Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1984.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Peringatan Hari Anak Nasional sebagai bentuk penghormatan, pemajuan, dan pemenuhan hak anak sesuai dengan mandat Konvensi Hak Anak dan Undang-undang Dasar 1945. Bagaimana kondisi anak Indonesia dalam potret data statistik?
Esai ini fokus pada keadaan anak usia dini. Anak usia dini dalam esai ini dibatasi sejak lahir sampai usia enam tahun. Dengan cakupan 345.000 rumah tangga sampel yang tersebar di 34 provinsi dan 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2023 mengestimasi sekitar 30,2 juta atau 10,91% dari total penduduk Indonesia adalah anak usia dini.
Persentase anak usia dini laki-laki lebih tinggi daripada perempuan (51,02% berbanding 48,98%). Sedangkan berdasarkan wilayah tempat tinggal, persentase anak usia dini di perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan (57,22% berbanding 42,78%).
Jika dicermati berdasarkan kelompok umur, komposisi anak usia dini pada kelompok usia di bawah lima tahun atau balita (usia setahun hingga empat tahun) menjadi kelompok dominan, yaitu 59,95%, disusul anak prasekolah (usia lima tahun hingga enam tahun) 28,83%, dan bayi (berusia kurang dari setahun) 11,22%.
Berdasarkan wilayah, lebih dari separuh anak usia dini (52,24%) tinggal di Pulau Jawa. Selebihnya tersebar di pulau-pulau lain. Pada era masa kini, informasi berada dalam genggaman melalui berbagai lini. Susenas 2023 menunjukkan sekitar 38,92% anak usia dini menggunakan handphone (HP) dan terdapat 32,17% anak usia dini yang mengakses Internet.
Penggunaan HP dan akses Internet bagi anak usia dini membutuhkan pengawasan orang tua/wali. Hasil Susenas Modul Sosial Budaya dan Pendidikan 2021 menunjukkan sebagian besar anak usia dini tinggal bersama ayah dan ibu kandung.
Terdapat sekitar 7,48% anak usia dini tinggal dengan orang tua tunggal dan 1,69% tidak tinggal bersama ayah dan ibu kandung. Peran aktif orang tua/wali dalam pengasuhan sangat penting mendukung tumbuh kembang anak. Fakta data menyatakan sekitar 3,69% anak balita pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak.
Kondisi ini perlu mendapat perhatian semua pihak. Pengasuhan tidak layak dibatasi pada pengertian anak balita pernah dititipkan atau diasuh oleh anak berusia kurang dari 10 tahun tanpa pengawasan orang dewasa selama lebih dari sejam atau pernah ditinggalkan sendiri selama lebih dari sejam dalam sepekan terakhir (saat survei).
Anak balita perempuan yang pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak lebih banyak daripada anak balita laki-laki (3,75% berbanding 3,64%). Anak balita yang pernah mendapatkan pengasuhan tidak layak dengan ibu bekerja lebih besar daripada ibu yang tidak bekerja (5,88% berbanding 2,14%).
Anak yang sehat mampu menerima stimulasi dan berkegiatan secara optimal. Hasil Susenas 2023 menunjukkan 36,21% anak usia dini mengalami keluhan kesehatan dalam sebulan terakhir (saat survei).
Sedikitnya 17,27% anak usia dini terganggu aktivitas sehari-harinya disebabkan keluhan kesehatan yang mereka alami. Sebagian besar dari mereka yang mengalami keluhan kesehatan kemudian berobat, namun 4,93% tidak berobat.
Berdasarkan aspek nutrisi, Susenas 2023 menyatakan 73,97% anak usia kurang dari enam bulan mendapatkan air susu ibu (ASI) eksklusif. Kondisi ini secara nasional sudah melampaui target 60% sesuai ketetapan pemerintah dalam rencana strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024.
Provinsi Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Papua perlu mendapat perhatian karena capaiannya masih di bawah target tersebut. Dalam urusan imunisasi, sedikitnya enam dari 10 anak usia 12 bulan hingga 23 bulan mendapat imunisasi dasar lengkap.
Berdasarkan tingkat pendidikan ibu, capaian imunisasi dasar lengkap meningkat seiring peningkatan level pendidikan ibu. Pada aspek lingkungan, hasil Susenas 2023 menunjukkan 60,22% rumah tangga anak usia dini menempati rumah layak huni, 91,15% rumah tangga anak usia dini memiliki akses terhadap layanan sumber air minum layak, dan 82,48% rumah tangga anak usia dini memiliki sanitasi layak.
Hasil Susenas 2023 menunjukkan tujuh dari 10 anak usia dini (70,23%) tinggal bersama anggota rumah tangga yang perokok. Pendidikan pada anak usia dini berperan meningkatkan kualitas hidup anak pada kemudian hari. Hasil Susenas 2023 menunjukkan 27,38% anak usia dini pernah/sedang mengikuti pendidikan prasekolah.
Capaian indikator angka kesiapan sekolah (AKS) yang berkisar 76,54% memberi makna bahwa sekitar tiga dari empat (76,54%) peserta didik yang duduk di kelas I SD pernah mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD).
Perlindungan dan kesejahteraan menjadi salah satu fokus perkembangan anak usia dini. Pada 2023, sebanyak 86,33% anak usia dini di Indonesia memiliki akta kelahiran. Kesenjangan capaian antarprovinsi masih lebar. Capaian tertinggi di Jakarta (97,63%) dan capaian terendah di Papua (47,96%).
Susenas mencatat terdapat 14,80% rumah tangga yang beranggotakan anak usia dini pernah menjadi penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Sebanyak 0,04% anak usia dini pernah menjadi korban kejahatan dan sebanyak 12,92% hidup di bawah garis kemiskinan.
Hari Anak Nasional pada 2020-2024 mengusung tema yang sama: Anak Terlindungi, Indonesia Maju. Enam subtema yang menjadi fokus Hari Anak Nasional 2024 yaitu Suara Anak Membangun Bangsa; Anak Cerdas, Berinternet Sehat; Pancasila di Hati Anak Indonesia; Dare to Lead and Speak Up: Anak Pelopor dan Pelapor; Anak Merdeka dari Kekerasan, Perkawinan Anak, Pekerja Anak, dan Stunting; serta Pengasuhan Layak untuk Anak: Digital Parenting.
Hak anak adalah hak asasi manusia. Hari Anak Nasional bukanlah sekadar perayaan yang penuh dengan keceriaan dan canda tawa anak. Berbasis data, kita dapat membantu membangun masa depan yang lebih baik bagi semua anak Indonesia.
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 22 Juli 2024. Penulis adalah Fungsional Statistisi Badan Pusat Statistik Kota Semarang)