kolom
Langganan

Mengkaji Netizen Barbar dan Komunitas Belajar di Sekolah

by Brand Content  - Espos.id Kolom  -  Kamis, 18 Juli 2024 - 15:40 WIB

ESPOS.ID - Dosen FKIP UKSW Salatiga, Gamaliel. (Istimewa/UKSW)

Berdiskusi tentang komunitas, Indonesia punya banyak jenisnya. Paling populer saat ini adalah komunitas yang aktif di Internet, sering dikenal dengan netizen. Kekuatan netizen Indonesia sudah terkenal hingga mancanegara.

Aktivitas netizen barbar mampu menembus berbagai lapisan masyarakat tanpa mengenal perbedaan bahasa, waktu, dan tempat. Namun, apakah ini sebuah prestasi? Apakah memberikan dampak positif atau negatif? Jawaban atas pertanyaan ini yang perlu dikaji kembali.

Advertisement

Perlu indikator yang jelas untuk bisa memberi label keberadaan sebuah komunitas. Ditinjau dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Dalam Jaringan, komunitas merupakan kumpulan orang yang hidup dan saling berinteraksi dalam daerah tertentu.

Selain itu, komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang punya arti kesamaan. Maka, definisi komunitas adalah sebuah kesamaan yang melekat pada sekelompok orang sebagai bentuk identitasnya (Nurhidayah, 2022).

Advertisement

Selain itu, komunitas berasal dari bahasa Latin communitas yang punya arti kesamaan. Maka, definisi komunitas adalah sebuah kesamaan yang melekat pada sekelompok orang sebagai bentuk identitasnya (Nurhidayah, 2022).

Dengan penjelasan itu, sudah jelas indikator dari sebuah komunitas adalah kesamaan identitas dan bentuk interaksinya. Baik buruknya sebuah komunitas akan ditentukan pada ciri khas yang muncul dan dampaknya bagi masyarakat melalui interaksi sosial. Sungguh bersyukur Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) telah merespons perkembangan komunitas ini dengan Kurikulum Merdeka.

Pada Kurikulum Merdeka dikenal istilah Komunitas Belajar. Buku Petunjuk Awal Membangun Komunitas Belajar dalam Sekolah, mendefinisikannya sebagai sekelompok Pendidik, Tenaga Kependidikan dan warga sekolah yang berkolaborasi untuk peningkatan kualitas belajar siswa (Kemendikbudristek, 2022). Tujuan komunitas belajar adalah membangun budaya belajar bersama yang bekelanjutan.

Advertisement

Kondisi ini terjadi di sekolah-sekolah pinggiran dalam jumlah yang banyak. Di sisi lain, komunitas belajar di sekolah belum digunakan untuk mengatasi masalah lokal yang terjadi pada daerah tertentu. Situasi ini kembali dibuktikan dengan mudahnya siswa ataupun guru justru menjadi netizen bar-bar hingga merusak citra luhur dunia pendidikan. Kehadiran dan dampak komunitas belajar di sekolah dipertanyakan.

Alasannya, komunitas belajar di sekolah dianggap sebagai beban administratif saja. Padahal melalui komunitas belajar inilah terjadi kolaborasi antar warga sekolah (guru, siswa, tenaga kependidikan) bahkan orang tua wali. Komunitas belajar yang berjalan baik akan mewujudkan ciri khas pada anggota komunitas tersebut. Jika anggotanya adalah netizen bar-bar maka bisa kita simpulkan bagaimana proses yang ada di dalamnya.

Untuk membangun komunitas belajar di sekolah yang memberi dampak positif, perlu dilakukan beberapa cara, seperti:

Kolaborasi yang Setara

Kondisi ini adalah bentuk kerja sama antar warga sekolah tanpa harus mendeskreditkan peran masing-masing. Pada pelaksanaannya, guru perlu mendengar, menerima, memahami, melakukan aksi nyata bersama siswa ataupun tenaga kependidikan.

Pemenuhan Kebutuhan

Sebuah komunitas akan langgeng jika kebutuhan anggotanya terpenuhi. Komunitas belajar perlu memenuhi kebutuhan belajar bukan sebagai sebuah instruksi melainkan menumbuhkan sikap sukarela belajar.

Hubungan Emosional

Komunitas belajar yang berdampak baik adalah komunitas yang saling tumbuh ke arah emosional yang matang. Pada bagian inilah komunitas belajar di sekolah akan memberikan pengaruhnya untuk menajamkan identitas diri pada anggotanya. Emosional yang matang akan tercermin pada performa diri di dunia nyata dan maya yang sinkron. Seharusnya, komunitas belajar di sekolah dapat memberikan pengaruhnya pada guru, siswa, dan tenaga kependidikan ketika mereka berperan sebagai netizen.
Advertisement

Tujuan akhir dari hadirnya komunitas belajar di sekolah adalah: pertama, mewujudkan well-being individual. Kondisi seseorang dikatakan well-being individual saat memiliki kualitas hidup yang sesuai dengan kesehatan kondisi fisik dan psikis.

Dengan demikian, seseorang akan mampu menjalani hidupnya dengan tenang, punya peluang mengembangkan kreativitas serta produktif. Kedua, mengarahkan seseorang berproses dari micro-personal menjadi macro-sosial. Komunitas belajar diharapkan mampu membawa seseorang yang penuh dengan pemikiran egois tentang dirinya berubah memiliki perspektif yang luas (Rugeri et al, 2020).

Jika semua hal ini terjadi pada komunitas belajar di sekolah, maka Indonesia tidak perlu memiliki netizen barbar. Selain itu di akhir rangkaian tulisan ini, barulah kita bisa memberi penilaian layakkah kita mengganggap sebuah prestasi bagi netizen (komunitas internet) barbar? Sudahkah netizen barbar memiliki ciri komunitas yang sesuai dengan teori komunitas?

Advertisement

Artikel ini ditulis oleh: Gamaliel, Dosen FKIP UKSW Salatiga

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif