IAF 2024 mencatat pencapaian 32 kesepakatan bisnis yang ditandatangani dengan total nilai lebih dari US$3,5 miliar. Forum itu menandai kesuksesan Indonesia sebagai tuan rumah, menghadirkan perwakilan 54 negara Afrika di Nusa Dua, Bali.
Promosi Beri Kemudahan, Sinergi BRI dan Pelni Hadirkan Layanan Reservasi Tiket Kapal
Aneka kesepakatan itu menjadi pintu masuk bagi pelaku bisnis di Indonesia untuk menjalin kerja sama strategis dengan negara-negara Afrika.
Forum bertajuk Bandung Spirit for Africa’s Agenda 2063 itu mengundang perwakilan 54 negara di Benua Afrika dengan tujuan mengoptimalkan potensi transaksi bisnis kedua kawasan.
Selama dua hari pertemuan IAF II, beberapa pencapaian penting yang disepakati, antara lain, penandatanganan empat kesepakatan bisnis di sektor industri strategis, sembilan sektor bisnis kesehatan, dan enam sektor bisnis energi baru dan terbarukan (EBT).
IAF II tidak hanya menjadi arena perusahaan badan usaha milik negara (BUMN) maupun swasta untuk meraih potensi kerja sama bisnis, namun juga turut melibatkan pelaku usaha, mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk berkolaborasi bersama.
Tercapai 16 kesepakatan bisnis antara UMKM Indonesia dengan perusahaan-perusahaan asal Afrika dalam ekshibisi yang berlangsung selama dua hari dan mendapatkan kunjungan dari lima pemimpin negara Afrika.
Forum itu berhasil memperkuat kerja sama ekonomi dan bisnis antara Indonesia dan Afrika, membuka peluang baru untuk pertumbuhan di kedua wilayah. Ini forum penting yang mempertemukan Indonesia dengan negara-negara Afrika guna memperkuat hubungan bilateral.
Pekerjaan penting bagi pemerintah Indonesia adalahan “menurunkan” hasil IAF II agar menjadi bagian penting pemberdayaan UMKM di daerah, di tingkat kabupaten/kota.
IAF II tentu menyajikan data dan potensi pasar di negara-negara Afrika yang memungkinkan dimasuki produk-produk UMKM di aneka daerah di Indonesia.
Pemerintahlah yang berkewajiban dan berwenang menjadi fasilitator yang menghubungkan potensi UMKM di daerah di Indonesia dengan potensi pasar di Afrika. Apabila ini terwujud, jelas IAF benar-benar bermanfaat, bukan sekadar seremoni tingkat elite negara.
Pada tataran global, IAF jelas memperkuat peran Indonesia di dunia internasional. Semangat Konferensi Asia-Afrika yang diselenggarakan pada 18—24 April 1955 di Bandung adalah landasan sejarah yang tak terlupakan yang memanifestasi menjadi IAF pada masa kini.
Tentu saja peran Indonesia ini akan makin menguatkan identitas dan citra Indonesia sebagai salah satu simpul kawasan yang harus dihargai oleh kekuatan-kekuatan ekonomi dunia lainnya yang juga berbasis relasi kawasan.
Keberdayaan Indonesia di tingkat internasional itu akan semakin kukuh ketika hasil-hasil pertemuan di forum internasional itu berhasil diturunkan menjadi kebijakan teknis yang memberdayakan UMKM lokal.