Esposin, SOLO – Literasi dalam bahasa Latin disebut sebagai literatus yang memiliki arti orang yang belajar dan merupakan istilah umum yang merujuk pada keterampilan seseorang dalam membaca, menulis, berbicara, berhitung, dan kemampuan lain dalam memecahkan kesulitan yang dihadapi.
Intinya literasi berkaitan dengan kemampuan berbahasa seseorang. Kemampuan berbahasa sangat bergantung pada referensi pengetahuan, budaya, bahasa yang dimiliki sehingga seseorang bisa berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik dan lancar dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, baik itu dalam konteks masyarakat secara terbatas atau yang lebih luas.
Literasi di sekolah sangat bermakna dalam menginspirasi warga sekolah untuk bersama-sama secara terus-menerus mengembangkan budaya literasi yang akan meningkatkan kemampuan dan kualifikasi diri dalam menghadapi tantangan dan kompetisi.
Kemampuan membaca dan menulis merupakan ibu dari literasi. Kemampuan ini merupakan awal seseorang membuka cakrawala pengetahuan dan wawasan terhadap hal-hal di sekelilingnya. Definisi literasi terus mengalami perkembangan sejalan dengan perubahan zaman.
Pada awalnya literasi hanya merujuk pada kemampuan membaca dan menulis. Kini istilah tersebut telah meluas ke berbagai sendi kehidupan, termasuk politik, sosial, dan budaya. Literasi menjadi beragam, seperti literasi komputer, sains, informasi, pendidikan, dan masih banyak lagi jenis literasi yang lain.
Dalam praktik tidak hanya membutuhkan keterampilan membaca dan menulis, tetapi juga memerlukan ketrampilan memahami, menganalisis, menggunakan, dan mentransformasikan pesan teks. Perubahan zaman berbanding lurus dengan segala bentuk literasi.
Perlu menemukan dan mengimplementasikan konsep literasi yang menyenangkan, tidak membebani, yang mendukung peningkatan kemampuan seseorang berliterasi. Hal ini diharapkan berimplikasi pada perubahan sikap, pola pikir, serta kemampuan yang bersifat verbal.
Sekolah adalah pusat pembelajaran selain di keluarga dan masyarakat. Sekolah melalui program-program pembelajaran harus memiliki konsep yang memotivasi dan menginspirasi seluruh masyarakat sekolah untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan literasi.
Bagaimanakah bentuk konsep literasi yang menginspirasi? Konsep literasi yang menginspirasi mengacu pada pendekatan yang tidak sekadar mampu membaca dan menulis. Konsep literasi tidak hanya tentang memperoleh informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu digunakan untuk menginspirasi dan membawa perubahan positif dalam kehidupan individu dan masyarakat.
Konsep yang mampu menggerakkan orang lain untuk bertindak. Literasi yang menginspirasi juga mendorong pemahaman yang lebih dalam tentang nilai dan makna di balik teks. Tidak hanya pemahaman akademik, tetapi pemahaman yang melibatkan pendekatan pembelajaran yang memotivasi siswa untuk menjelajahi minat dan bakat, serta memberikan kesempatan untuk mengeksplorasi ide baru dan membuat perubahan positif.
Secara keseluruhan, konsep literasi yang menginspirasi mengajak individu untuk melewati batasan konvensional pembelajaran dan mengintegrasikan pengetahuan dengan tujuan yang lebih luas dalam menciptakan perubahan positif.
Perpustakaan Wijang yang merupakan perpustakaan milik SMKN 6 Solo adalah contoh perpustakaan yang menerapkan konsep literasi yang menginspirasi. Perpustakaan sangat nyaman dengan segala fasilitas yang bisa dinikmati, seperti area baca lesehan dan nonlesehan, taman baca yang asri, angkringan literasi, pelayanan yang ramah, pojok baca bookless library yang memungkinkan masyarakat sekolah menikmati koleksi buku yang berjumlah lebih dari 5.000 buku fiksi, nonfiksi, dan referensi.
Inovasi Perpustakaan Wijang mengaplikasikan teknologi yang memudahkan akses ke koleksi buku yang dimiliki. Jumlah pojok baca yang tersebar di sekitar lingkungan sekolah sangat praktis dan efektif bagi masyarakat sekolah sehingga tidak perlu datang langsung di perpustakaan.
Kegiatan perpustakaan yang memberikan dampak positif bagi perkembangan literasi selalu diadakan. Pemilihan duta baca, workshop untuk pustakawan dan pemustaka, networking dengan pihak eksternal yang berkomitmen dengan kegiatan literasi, peringatan rutin hari literasi dan bulan bahasa dengan berbagai kegiatan, penulisan artikel dan reportase rutin di website dan reward atau apresiasi kepada siswa yang memiliki rating tertinggi kunjungan ke perpustakaan.
Terobosan- terobosan inovatif tersebut diterapkan oleh Perpustakaan Wijang SMKN 6 Solo untuk mengembangkan budaya literasi sekolah. Bukan hal yang mudah untuk mengubah sesuatu yang sudah melekat dalam sikap dan pola pikir tentang literasi.
Literasi yang pada awalnya dimaknai dengan pengertian yang sederhana, saat ini perlu pemahaman yang luas dan komprehensif. Konsep literasi yang menginspirasi melalui perpustakaan sekolah adalah kunci menciptakan lingkungan sekolah yang tidak hanya mendukung pengembangan akademik, tetapi juga pribadi siswa yang berpengetahuan, kritis dan berempati, memberdayakan guru, dan melibatkan orang tua serta komunitas dalam proses pendidikan.
Meningkatkan literasi di sekolah adalah langkah penting untuk mencapai pendidikan yang berkualitas. Salam literasi!
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 31 Juli 2024. Penulis adalah guru di SMKN 6 Solo)