Esposin, SOLO — Pada era yang katanya serbadigital ini terdapat tantangan besar dalam mengarahkan para genereasi Z, generasi masa depan bangsa Indonesia.
Tantangan besar itu bahwa anak-anak zaman sekarang lebih tertarik bermain dengan gadget daripada membaca buku. Persoalan ini membutuhkan solusi yang cepat dan tepat demi menuju Indonesia Emas 2045.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Fakta menunjukkan kondisi literasi bangsa ini memang tidak sedang baik-baik saja. Hasil riset Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan tingkat literasi atau budaya membaca Indonesia menduduki peringkat bawah dari 81 negara yang didata.
Meski ada peningkatan dibandingkan tahun 2018, data dari PISA itu belum menjadi kabar membahagiakan. Dibutuhkan perjuangan yang ekstra dan konsisten untuk mendongkrak tingkat literasi Indonesia.
Membebankan persoalan ini kepada pemerintah tentu bukanlah sikap yang fair. Perlu kepedulian dan perhatian seluruh lapisan masyarakat untuk mengembangkan budaya literasi.
Peran pemerintah pusat hingga daerah sangat penting dalam mencerdaskan anak bangsa melalui peningkatan budaya literasi. Di setiap kabupaten/kota di negeri ini ada dinas kearsipan dan perpustakaan yang melayani kebutuhan literasi masyarakat.
Itu termasuk di Jawa Tengah yang memiliki 35 kabupaten/kota. Di tengah keterbatasan sumber dana, dinas kearsipan dan perpustakaan di Jawa Tengah tetap bersemangat mengembangkan budaya literasi.
Ini terlihat pada penyelenggaraan Pameran Kearsipan dan Perpustakaan Jawa Tengah 2024 di Graha Wisata Niaga Solo pada Senin-Rabu (10-12/6/2024). Pameran tahunan tersebut digelar bekerja sama dengan Solopos Media Group (SMG).
Dari sisi rangkaian acara, pameran yang mengusung tema Best for Future, Authentic, Reflective, Educative, and Inspiration itu ternyata sangat menarik dan beragam. Pameran digelar untuk memantik minat membaca masyarakat.
Pada hari pertama, peserta yang berkunjung ke pameran membeludak. Sebanyak 30 stan yang didukung peserta dari dinas kearsipan dan perpustaan di Jawa Tengah menyuguhkan koleksi arsip yang menggambarkan sejarah, seni, budaya, dan politik di masing-masing kabupaten/kota.
Di sini peran para arsiparis sangat vital. Para arsiparis antusias memberikan penjelasan kepada pengunjung melalui wisata arsip yang dapat menggugah semangat kepahlawanan.
Pada pameran itu terdapat seminar tentang perpustakaan dan kearsipan. Hadir sebagai pembicara Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Solo Aries Purnomohadi; Kepala SMKN 6 Solo Dwi Titik Irdiyanti; Kepala Perpustakaan Desa Puro di Kabupaten Sragen Sri Hartati; Kepala Bisnis Digital Tiga Serangkai Mufti Anas; dan Manajer Arsip Digital Indoarsip Dimas Napitupulu.
Selama pameran terdapat ratusan koleksi arsip digital maupun nondigital berupa manuskrip, dokumen, buku, dan lainnya. Digitalisasi arsip menjadi salah satu bentuk kampanye agar masyarakat luas lebih memahami arsip serta memberikan apresiasi yang baik terhadap sejarah bangsa.
Pada hari kedua ada sosialisasi kearsipan dan penulisan artikel. Diselenggarakan pula lomba dongeng ibu dan anak dengan tema keluarga yang ditampilkan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Solo. Ada pula acara fashion show.
Pada hari ketiga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo membagikan kiat agar transaksi digital lebih aman dan terbebas dari penipuan. Pameran itu dikunjungi 6.401 orang. Pameran ditutup dengan penampilan Mirai Naziel Dzakiyah Nugroho dari Kota Solo yang pernah tenar karena menjadi peserta Indonesian Idol Junior 2018.
Acara yang disambut antusiasme warga Kota Solo dan sekitarnya itu memunculkan multiplier effect. Saat acara, bazar buku dan stan pendukung diserbu pengunjung. Demikian juga stan kuliner dan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang ramai-ramai meraup untung.
Melihat kesuksesan acara tersebut, frekuensi pameran untuk meningkatkan budaya literasi di tengah masyarakat perlu diintensifkan agar budaya literasi tetap terjaga. Upaya menggalakkan belanja buku dan gemar membaca buku wajib dilakukan di tengah gempuran kemajuan teknologi.
Zaman boleh berubah, tapi semangat berliterasi tak boleh luntur. Bukankah bangsa yang besar adalah bangsa yang kuat di bidang literasi? Pameran menjadi salah satu ikhtiar menekan pertambahan toko buku yang berguguran.
Dengan kampanye gerakan berliterasi yang masif diharapkan dapat membangkitkan gairah membaca dan menulis di kalangan generasi muda. Pengunjung pameran di Graha Wisata Niaga Solo itu mayoritas kalangan pelajar dan mahasiswa.
Kondisi perpustakaan di beberapa tempat membutuhkan perhatian ekstra, baik di perpustakaan umum, perpusataan desa, dan perputskaan sekolah. Perhatian yang kurang terhadap perpustakaan karena dianggap bukan bidang yang seksi untuk dikembangkan.
Umumnya para pemimpin daerah mengutamakan pembangunan dan program yang populer di tengah masyarakat. Dibutuhkan political will kepala daerah dan pemimpin unit kerja terkait dalam mengembangkan budaya literasi, memberdayakan perpustakaan, dan memanfaatkan kearsipan.
Memoles perpustakaan jelas butuh biaya. Gedung perpustakaan perlu dipoles agar dikunjungi banyak orang. Penataan tempat yang mengasyikkan akan membuat pengunjung semakin nyaman saat membaca dengan durasi yang lama.
Perlu dipikirkan cara yang jitu untuk membangun perpustakaan agar menarik perhatian banyak orang. Kalau perlu bekerja sama dengan berbagai pihak sehingga kawula muda suka berkunjung ke perpustakaan.
Jadikan perpustakaan layaknya tempat nongkrong yang nyaman. Tantangan yang muncul saat ini adalah banyak generasi muda yang lebih memilih gadget dibandingkan membaca buku.
Banyak orang era sekarang mampu bertahan berjam-jam saat memegang gadget (smartphone), sedangkan durasi membaca buku—tercetak dan e-book—sering kali hanya beberapa menit.
Kecanggihan teknologi jangan sampai melunturkan semangat berliterasi. Indonesia sedang getol mempersiapkan diri mewujudkan Indonesia Emas pada 2045.
Ini perlu didukung penuh generasi muda yang menjadi masa depan bangsa. Untuk itulah, jalan sunyi para pustakawan dan arsiparis harus diapresiasi dan didukung. Tetaplah bersemangat, para pejuang literasi...
(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 3 Juli 2024. Penulis adalah Manajer Program Solopos Media Group)