Megathrust adalah pertemuan antarlempeng tektonik bumi di zona subduksi, yakni satu lempeng meluncur ke bawah lempeng lain yang biasanya ada di lautan. Gempa bumi yang terjadi bisa mencapai magnitudo 8,9. Ada peluang besar terjadi tsunami.
Promosi Jaga Lingkungan Event MotoGP Mandalika, BRI Peduli Berhasil Kelola 22 Ton Sampah
Edukasi mengenai gempa megatrust dan potensi tsunami ini harus terus disampaikan kepada masyarakat. Yang utama adalah mengedukasi masyarakat untuk menyadari bahwa mereka tinggal di wilayah rawan bencana.
Indonesia berada di ring of fire atau cincin api Pasifik yang rawan gempa dan erupsi gunung berapi. Ini bukan untuk menakut-nakuti. Bukan untuk bikin panik. Membangun rasa bahwa ancaman itu nyata akan mendorong manusia menghadapi secara tenang dan waspada.
Setelah menyadari mereka dekat dengan bencana maka harus bersahabat, tidak perlu panik, tetapi waspada. Waspada meniscayakan langkah antisipasi dan mitigasi. Gempa tak bisa diprediksi kapan terjadinya. Kita juga tidak bisa mencegahnya. Yang bisa dilakukan adalah mitigasi.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan penguatan kapasitas masyarakat di wilayah pantai selatan Jawa yang rawan gempa.
Kegiatan itu dilakukan di berbagai tingkatan. Pertama, penguatan kesiapan dalam keluarga saat menghadapi gempa bumi. Saat gempa biasanya warga ada di rumah. Perlu edukasi apa yang harus dilakukan penghuni rumah saat gempa.
Mereka tidak perlu panik, lalu mencari tempat aman dari gempa dan dampaknya. Kedua, penguatan kesiapan di masyarakat atau komunitas. Perlu menciptakan komunitas sadar bencana.
Komunitas bisa menggali kearifan lokal, praktik baik, atau tradisi di masyarakat saat gempa. Kearifan lokal itu disinkronkan dengan pengetahuan ilmiah soal gempa. Akan lebih mudah mengubah perilaku ketika jika materi edukasi dan sosialisasi berasal dari tradisi lokal.
Penguatan komunitas lainnya adalah kesadaran masyarakat membikin bangunan yang aman dan tahan bencana. Butuh edukasi terus-menerus agar warga tak bikin bangunan seadanya yang membahayakan penghuninya.
Hal sama juga dilakukan pemerintah yang membangun kantor dan fasilitas publik, wajib aman bencana. Peran perguruan tinggi sangat penting pada urusan edukasi dan sosialisasi.
Tim Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret melatih para pemangku kepentingan di beberapa daerah, termasuk di Kabupaten Boyolali, soal konstruksi tahan gempa sesuai standar nasional Indonesia (SNI).
Program ini membangun literasi pada berbagai elemen masyarakat agar paham tentang syarat material beton, baja, dan detail bangunan lainnya yang harus ditaati untuk semua tipe bangunan dan penggunaannya agar tahan gempa.
Bangunan-bangunan harus didesain memenuhi SNI yang tahan gempa. Jika program di berbagai tingkat itu dilakukan, masyarakat akan makin sadar dan waspada terhadap gempa, lalu bersahabat dengan gempa.