by Maman Prihantoko - Espos.id Kolom - Minggu, 7 Mei 2023 - 22:13 WIB
ESPOS.ID - Makanan terang bulan. (home.martabakkamulyan.my.id)
Esposin, SUKOHARJO — Dalam hidup, kadang ada saja kejadian-kejadian yang meski kecil atau sepele namun sangat membekas dan berarti. Saya mengalaminya dan semakin membuka mata saya tentang indahnya toleransi.
Maman Prihantoko, itu nama lengkap saya. Pekerjaanku sebagai driver ojek online alias ojol Gojek. Seperti driver ojol lain, saya tidak saja mengantarkan penumpang ke tempat yang ingin mereka tuju, namun juga melayani pesan antar makanan.
Selama menekuni pekerjaan ini, saya banyak menemui berbagai karakter penumpang dan pelanggan. Di antara berbagai pelanggan tersebut, ada satu nama yang tidak bisa saya lupa. Dia adalah Gisela.
Jadi ceritanya, suatu sore hari di Bulan Ramadan, ada notifikasi masuk di ponselku. Seseorang order kue terang bulan melalui Gofood. Tertera nama si pemesan itu adalah Gisela. Lewat chat di aplikasi, saya pun meminta konfirmasi pesanan tersebut kepada yang bersangkutan dan diiyakan.
Jadi ceritanya, suatu sore hari di Bulan Ramadan, ada notifikasi masuk di ponselku. Seseorang order kue terang bulan melalui Gofood. Tertera nama si pemesan itu adalah Gisela. Lewat chat di aplikasi, saya pun meminta konfirmasi pesanan tersebut kepada yang bersangkutan dan diiyakan.
Seperti sudah jadi prosedur tetap, saya pun menanyakan akan dikirim ke mana kue terang bulan itu. Lalu Gisela menjawab, "tak perlu di antar ke rumah."
Saya bertanya-tanya. Ia menyampaikan terang bulan itu ia pesan untuk saya berbuka puasa. Saya agak terkejut bercampur senang. Setelah berterima kasih, saya mendoakan semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT.
Jawaban itu semakin membuat saya terkejut dan tidak percaya. Namun Gisela meyakinkan kalau dirinya hanya ingin melakukan kebaikan di Bulan Ramadan. Akhirnya saya terima pemberian makanan terang bulan dari Gisela. Saya mengucapkan terima kasih dan mendoakannya lagi lewat chat.
Begitu percakapan selesai, saya pun langsung berangkat menuju ke resto terang bulan yang dituju untuk mengambil pesanan. Saya foto kue terang bulan tersebut beserta struk pembeliannya dan saya kirim ke Gofood sebagai bukti makanan sudah sesuai pesanan dan saya bawa.
Kebetulan saya yang seorang yatim piatu di rumah sendirian. Sebenarnya saya empat bersaudara. Namun kakak-kakak saya sudah berkeluarga dan telah memiliki tempat tinggal masing-masing. Selain itu rumah mereka jauh pula.
Karena itu, saya berinisiatif mau membawa makanan terang bulan ini ke basecamp tempat saya berkumpul bersama sesama driver ojol. Setiba di basecamp, ada lima orang yang nongkrong. Saya ambil terang bulan tadi dan dibagi-bagi bersama teman-teman lain.
“Nih guys ada makanan takjil,” ujarku dan langsung disambut wajah gembira teman-teman.
“Terima kasih bray,” ujar mereka.
Salah satu teman bertanya dari mana terang bulan tersebut, lantas saya jawab pemberian orang.
“Ini kan sudah ada makanan terang bulan dari Maman dan makanan nasi boks dari orang, masih ada yang kurang nih. Minumnya kan belum ya, gimana kalau kita patungan beli minuman dulu. Soalnya sudah mau azan Magrib nih, sudah mau waktunya berbuka.” papar temanku yang lain.
Kami sepakat patungan masing-masing Rp5.000 untuk beli es teh. Setelah es teh datang tak lama kemudian azan Magrib berkumandang. Kita semua berbuka puasa bersama dengan terang bulan pemberian Gisela, nasi boks, dan es teh. Nikmat betul.
Kerukunan dan gotong royong bisa tercipta jika ada rasa toleransi, rasa saling menghargai dan menghormati satu sama lain tanpa mempermasalahkan perbedaan. Dengan toleransi hidup ini jadi nyaman.
(Tulisan merupakan karya peserta program pelatihan jurnalisme warga pemuda lintas iman Solopos Institute)