by Ita Widyawati - Espos.id Kolom - Jumat, 21 Juli 2023 - 08:43 WIB
ESPOS.ID - More than just publish.
Program langit biru merupakan program yang bertujuan untuk mengendalikan dan mencegah pencemaran udara serta mewujudkan perilaku sadar lingkungan baik dari sumber tidak bergerak (industri) maupun sumber bergerak yaitu kendaraan bermotor.
Salah satu pengembangan teknologi otomotif ramah lingkungan yang telah dilakukan adalah teknologi sepeda motor listrik.
Pemerintah menargetkan kepemilikan sepeda motor listrik pada 2025 mencapai 11 juta unit dan 13 juta unit pada 2030. Sayangnya, perkembangan adopsinya untuk menggantikan kendaraan konvensional masih rendah.
Padahal banyak konsumen kendaraan listrik yang potensial dan pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk mendukung keberhasilan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).
Mampukah kendaraan listrik melompati jurang "the chasm" pada siklus adopsi teknologi hingga akhirnya mayoritas masyarakat memiliki niat beli yang kuat untuk berganti ke sepeda motor listrik?
Penulis sebagai mahasiswa Sarjana Program Studi Teknik Industri UNS dan asisten peneliti pada Riset Grup Rekayasa Industri dan Tekno Ekonomi (RG RITE) Fakultas Teknik UNS telah melakukan penelitian mendalam terkait faktor psikologis konsumen adalah kunci keberhasilan adopsi sepeda motor listrik.
Pemerintah dan pemanufaktur terkait perlu mengetahui faktor-faktor yang mendorong masyarakat dalam penerimaan inovasi teknologi sepeda motor listrik yang spesifik di Indonesia dan bisa jadi berbeda dengan faktor di negara lain.
Extended Technology Acceptance Model dan Theory of Planned Behavior (Extended C-TAM-TPB) dapat digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi psikologi konsumen.
Integrasi model ini bertujuan menganalisis psikologi konsumen terkait dengan penerimaan inovasi teknologi, baik yang sudah memiliki pengalaman maupun yang belum memiliki pengalaman dalam penggunaan kendaraan listrik terhadap intensi adopsi.
Penulis telah mengembangkan model tahapan keputusan adopsi sepeda motor listrik di Indonesia.
Metode Partial Least Square – Structural Equation Model (PLS-SEM) telah digunakan untuk menguji serangkaian hubungan yang relatif sulit terukur secara bersamaan pada model keputusan adopsi sepeda motor listrik di Indonesia.
Sebanyak 624 data responden dikumpulkan dari pemilik, pengguna, dan juga nonpengguna sepeda motor listrik di Indonesia dengan menggunakan kuesioner terstruktur.
Faktor kontrol perilaku yang dirasakan konsumen (perceived behavioral control) merupakan faktor terpenting karena persepsi masyarakat umum terhadap sepeda motor listrik sangat memengaruhi keputusan konsumen dalam mengadopsi.
Kendali konsumen atas perilaku tertentu dalam hal ini adalah intensi adopsi sepeda motor listrik bergantung pada bagaimana masyarakat memandang teknologi tersebut di masa depan.
Implementasinya, masyarakat umum perlu diberikan informasi mendalam terkait road map pengembangan industri KBLBB, pada Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27 Tahun 2020 tentang Spesifikasi Teknis, Road Map Pengembangan, dan Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Adanya regulasi ini bertujuan sebagai acuan bagi stakeholder industri otomotif terkait strategi, kebijakan, dan program dalam rangka mencapai target Indonesia sebagai basis produksi dan ekspor hub kendaraan listrik.
Pada urutan kedua, faktor norma subjektif (subjective norms) dari konsumen menjadi faktor penting karena pengaruh dari orang pada lingkaran dalam sangat berpengaruh pada keputusan konsumen untuk mengadopsi.
Implementasinya, masyarakat perlu ditunjukkan secara nyata praktik orang lingkaran dalam, sebagai contoh pegawai pemerintah, dalam melaksanakan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle) sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
Jika lingkaran dalam pemerintah telah mengadopsi maka dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat umum untuk membeli sepeda motor listrik.
Faktor kepedulian lingkungan (environmental concern) merupakan faktor pada urutan tiga teratas karena masyarakat umum belum banyak yang peduli bahwa menggunakan kendaraan listrik adalah bagian dari kepedulian lingkungan.
Mengingat pengaruh signifikan dari faktor tersebut, mendidik masyarakat tentang dampak positif pada lingkungan yang diakibatkan dari adopsi sepeda motor listrik sangatlah penting.
Pemerintah dapat mengintegrasikan program KBLBB pada pembelajaran mengenai lingkungan ke sistem pendidikan formal, seperti di universitas.
Pemanufaktur juga dapat mengadakan workshop yang melibatkan peserta dalam aktivitas rendah emisi karbon secara nyata.
Selain itu, pemanufaktur juga dapat menggandeng influencer yang memiliki sikap kepedulian lingkungan yang tinggi dalam mempromosikan teknologi sepeda motor listrik supaya kaum muda semakin tertarik untuk membeli sepeda motor listrik.
Faktor psikologis konsumen harus dipertimbangkan oleh pemangku kepentingan.
Faktor kontrol perilaku yang dirasakan konsumen, faktor norma subjektif, dan faktor kepedulian lingkungan adalah 3 (tiga) faktor terpenting yang spesifik untuk dikomunikasikan kepada masyarakat di Indonesia agar memiliki keinginan yang kuat untuk mengadopsi sepeda motor listrik.
Mampukah sepeda motor listrik menyalip roda dua bertenaga bensin di Indonesia? Mari sama-sama kita tunggu.
Artikel ini ditulis oleh Ita Widyawati, mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Industri UNS dan Research Assistant pada RG Rekayasa Industri dan Tekno-ekonomi Fakultas Teknik UNS.