by Sabri Rasyid - Espos.id Kolom - Minggu, 28 April 2024 - 18:38 WIB
Salah satu niat termudah diucapkan atau ditulis adalah: besok saya akan lari pagi biar sehat. Dan itu sudah lewat berapa kali ganti kalender. Tetap saja berat banget untuk dilakoni.
Bangun subuh sudah sukses karena sekalian Salat Subuh, tapi sesudahnya? Kalau enggak lanjut tidur, ya persiapan ke kantor. Niat lari pagi pun sirna. Begitulah berulang.
Subuh kali ini agak lain. Terpaksa bangun subuh lanjut persiapan lari. Gak sempat sarapan, langsung menuju lokasi. Lokasinya di Pura Mangkunegaran Solo. Katadata punya hajatan. Namanya Mangkunegaran Run in Solo.
Jujurly, baru kali ini saya ikutan event lari. Saya memilih kategori 5K. Menyesuaikan dengan usia kepala 5. Secara cocoklogi, cocok.
Jujurly, baru kali ini saya ikutan event lari. Saya memilih kategori 5K. Menyesuaikan dengan usia kepala 5. Secara cocoklogi, cocok.
Start dimulai jam 5.30 WIB, hampir 1.900 peserta kategori 5K langsung bergerak. Dominan kaus hijau sesuai race pack. Sepatu dan topi warna-warni. Semua semangat. Seru di awal. Surut di akhir, mungkin kecapaian.
Saya konsisten tidak lari. Hanya jalan. Sesekali jalan cepat. Kebetulan lutut pernah operasi dan dokter menyarankan untuk aktif jalan saja.
Saya pun pura-pura menepi, ikat tali sepatu yang masih kenceng. Biar menjauh dari mereka. Tampak emak-emak tadi mampir di penanda km 4 ber-selfie ria. Masih ketawa ketiwi. Bagaimana mau kabur?
Tepat 1 jam 34 menit, saya masuk gate finis. Dikalungin medali finisher 5K. Langsung ikutan gaya gigit medali. Gak mau kalah sama milenial.
Teman nanya, pace berapa pak? Ya saya gak pakai pace bang. Ini malah pacce' (artinya apes alias kacau dalam bahasa Makassar). 19 menit per kilometer. Jauh lebih lambat dibanding emak-emak senior tadi. Huhuuu.
Artikel ini ditulis oleh Sabri Rasyid, Assistant Vice President External Communication Telkom