kolom
Langganan

Indahnya Toleransi di SDN 03 Ngargoyoso - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Yohanes Setianto  - Espos.id Kolom  -  Minggu, 7 Mei 2023 - 21:04 WIB

ESPOS.ID - SDN 3 Ngargoyoso, Karanganyar. (Istimewa)

Esposin, SOLO—Halo, namaku Yohanes. Aku seorang Nasrani dan guru kelas III di salah satu sekolah dasar di wilayah Ngargoyoso, tepatnya di Desa Ngargoyoso dengan letak geografis dataran tinggi dan lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama Islam.

Aku adalah guru yang memiliki keterbatasan dalam berbicara. Meski begitu aku bersyukur karena dengan kekuranganku ini, aku bisa membuktikan kepada dunia kalau aku juga bisa sama seperti mereka yang normal.

Advertisement

Tuhan menciptakan kekurangan, tapi juga memberikan kelebihan. Beruntungnya anak didikku paham dan mengerti apa yang aku ucapkan dan jelaskan.

Sudah dua tahun aku mengabdi menjadi guru di sekolah ini. Banyak cerita dan pengalaman yang aku dapatkan. Begitu penting pengalaman yang aku dapatkan karena dengan pengalaman tersebut aku bisa mengambil nilai-nilai yang kemudian aku praktikkan di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan tempat aku berada.

Advertisement

Sudah dua tahun aku mengabdi menjadi guru di sekolah ini. Banyak cerita dan pengalaman yang aku dapatkan. Begitu penting pengalaman yang aku dapatkan karena dengan pengalaman tersebut aku bisa mengambil nilai-nilai yang kemudian aku praktikkan di lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan tempat aku berada.

Kisahku dimulai ketika aku mengajar di sekolah tersebut. Banyak kisah keberagaman di sekolah ini, salah satunya keberagaman beragama.

Sebagai guru, tugasku di sekolah ini bukan hanya mengajar, tapi juga menumbuhkan karakter dan norma kepada anak anak. Menjadi guru bukanlah hal mudah. Dalam bekerja, kita dihadapkan pada anak-anak yang memiliki karakter berbeda-beda.

Advertisement

Tapi aku bersyukur bisa bekerja di SDN 03 Ngargoyoso dengan latar belakang teman kerja yang berbeda-beda. Itu tak lain karena tingginya toleransi antarsesama di sekolah ini.

Banyak hal yang aku ajarkan kepada anak-anak, baik itu nilai keagamaan, nilai kesopanan, dan nilai budi pekerti. Cerita yang aku ambil berkaitan dengan nilai keagamaan karena bagaimanapun agama sangatlah penting dan menjadi pedoman bagi anak-anak untuk masa depan mereka.

Kebiasaan yang kami lakukan setiap pagi sebelum memulai pelajaran di sekolah ini adalah membiasakan anak anak menghafalkan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an. Meski Nasrani, kegiatan ini aku biasakan. Bahkan aku juga meminta anak-anak taat beribadah salat, baik itu Salat Duha maupun Zuhur.

Advertisement

Bukan hanya itu, setiap Hari Raya Besar, aku juga ikut dalam pembagian daging kurban untuk masyarakat sekitar sekolah. Meskipun aku nonmuslim, tapi aku bertekad mengajarkan kepada anak-anak perihal pentingnya perdamaian dalam beragama dan bertoleransi. Tugasku sebagai guru adalah memberikan contoh yang baik kepada siswa, mengajarkan kepada mereka tentang pentingnya toleransi dan saling menghargai perbedaan.

Nah, dari ceritaku itu banyak hal yang bisa aku bisa pelajari dan ambil hikmahnya. Apapun agamamu, wajiblah kamu saling menghargai dan bertoleransi karena perdamaian itu indah. Dengan toleransi, kita bisa menjadi pribadi yang menghargai dan menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sekeliling kita.

Membantu orag tidak harus dengan uang, namun dengan kita bertolernsi - membantu orang dengan cara yang indah. ”Peace is beautiful, tolerance is important.

Advertisement

 

(Tulisan ini merupakan karya peserta Program Pelatihan Jurnalisme Warga Pemuda Lintas Iman Solopos Institute)

Advertisement
Ayu Prawitasari - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif