kolom
Langganan

Geliat Gig Economy di Solo - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Muhammad Luthfi Hamdani  - Espos.id Kolom  -  Sabtu, 3 Agustus 2024 - 10:55 WIB

ESPOS.ID - Muhammad Luthfi Hamdani (Istimewa/Solopos)

Esposin, SOLO – Beberapa hari lalu saya menemukan konten yang menarik. Berisi gaya hidup slow living di Kota Solo. Konten video Reels Instagram yang diunggah akun @pakadiprnmo_ itu menampilkan visualisasi sekumpulan lelaki dewasa sedang duduk menikmati kopi di restoran pada siang hari.

Pada video tersebut ada keterangan waktu pukul 10.00 WIB—12.00 WIB ngopi di Sekutu, pukul 14.00 WIB—16.00 WIB mereka ngopi di Loske.

Advertisement

”Mohon info guru, mereka itu kerjaannya apa guru?” demikian pertanyaan yang disertakan dalam video pendek itu. Saat unggahan itu saya akses telah diputar 920.000 kali dan mendapat 12.000 tanda suka serta 300-an komentar warganet.

Setelah saya telusuri, pemilik akun tersebut adalah kreator konten yang juga pelaku usaha agensi pemasaran digital. Ia berdomisili di Kota Solo. Adi Purnomo adalah pemilik akun yang sering membagikan aktivitas sebagai pekerja lepas (freelancer) di sektor informal itu.

Advertisement

Setelah saya telusuri, pemilik akun tersebut adalah kreator konten yang juga pelaku usaha agensi pemasaran digital. Ia berdomisili di Kota Solo. Adi Purnomo adalah pemilik akun yang sering membagikan aktivitas sebagai pekerja lepas (freelancer) di sektor informal itu.

Secara umum yang ditampilkan adalah waktu yang fleksibel, menghasilkan pendapatan yang menjanjikan, dan bisa dikerjakan di mana saja.

Sebuah unggahan di akun @shopee_solotechnopark menampilkan sekumpulan orang, mayoritas kaum muda, tengah fokus mengerjakan proyek di laptop atau komputer tablet masing-masing.

Advertisement

Dua unggahan itu mewakili tren gig economy. Ini adalah tren pekerjaan ketika pekerja punya otonomi memilih dipekerjakan oleh siapa, seberapa besar tanggung jawab yang ditanggung, bebas menetapkan jam kerja, hingga upaya mengejar work life balance.

Praktiknya seperti pengemudi rideshare, manajer proyek, fotografer, penulis, pembuat konten, konsultan independen, pekerja seni/kreatif, akuntan, digital marketer, hingga layanan panggilan (Prathama dan Yustika, 23: 2021). Seluruhnya cenderung masuk kategori sektor informal.

Yoga Permana (2023) dalam studi berjudul Measuring the Gig Economy in Indonesia memperkirakan terdapat sekitar 2,3 juta pekerja di Indonesia yang bergantung pada gig economy sebagai pekerjaan utama dan sumber pendapatan mereka.

Advertisement

Kebanyakan dari mereka bekerja di sektor transportasi dan logistik, seperti pengemudi ride-hailing, pengantar makanan, dan kurir. Lainnya adalah pekerja lepas online yang menggunakan platform digital untuk memediasi layanan jarak jauh.

Dunia ketenagakerjaan berubah. Pekerjaan dan peluang bisnis baru bermunculan sebab perkembangan intensif Internet dan teknologi digital. Sekarang kita mengenal beragam pekerjaani baru, namun menjanjikan.

Misalnya digital marketer, digital content creator, digital entrepreneur, digital project manager, digital business analyst, social media specialist, digital data scientist, mobile app designer, web developer, UI/UX designer, fotografer-videografer, dan banyak lagi.

Advertisement

Kota Solo adalah salah satu tempat yang menjanjikan untuk melaksanakan ragam pekerjaan dan aktivitas dalam gig economy. Ekosistem ini didukung keberadaan berbagai perguruan tinggi negeri maupun swasta, pusat inovasi Solo Technopark, coffee shop berbasis komunitas kekinian seperti Lokananta Bloc, hingga komunitas-komunitas kreatif.

Faktor pendukung lainnya berupa keberadaan platform-platform freelance, perkembangan berbagai model bisnis digital yang lebih mengutamakan on-demand service, serta regulasi dan perlindungan pekerja gig-economy yang terus diperbaiki.

Ragam pekerjaan dalam gig economy ini bisa semakin menarik asalkan pelakunya terus berprogres pula. Misalnya dengan mengembangkan basis klien yang beragam, mau terus belajar dan beradaptasi, bisa menjaga kehadiran online yang kuat seperti yang ditampikan akun @pakadiprnmo_, serta bisa menjalin kemitraan strategis.

Secara strategis, opsi agar survive di sektor ekonomi ini bisa dengan menjadi pegawai tetap yang bekerja jarak jauh di perusahaan tertentu atau menjadi wirausaha dengan meningkatkan layanan gig dari pekerja lepas menjadi pemilik bisnis.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 29 Juli 2024. Penulis adalah dosen Bisnis Digital di Politeknik Akbara Kota Solo)

Advertisement
Ichwan Prasetyo - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif