kolom
Langganan

Beda tapi Cinta - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Nuri Kristianingsih  - Espos.id Kolom  -  Minggu, 7 Mei 2023 - 23:29 WIB

ESPOS.ID - Tegar dan Nuri. (Istimewa)

Esposin, SUKOHARJO — Andaikan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral diberi nyawa, siapa yang bisa menjamin jika mereka tidak jatuh cinta?

Hi, namaku Nuri Kristianingsih. Aku tinggal di Kota Solo. Aku adalah mahasiswa psikologi di salah satu universitas di Semarang. Saat ini aku berusia 23 tahun. Aku terlahir di keluarga Kristen dan aktif dalam kegiatan gereja.

Advertisement

Menurutku, perbedaan adalah sesuatu yang indah. Di mana kita bisa saling belajar dan menghargai orang yang berbeda keyakinan dengan kita. Bukankah semua agama selalu mengajarkan tentang kebaikan?

Inilah kisah ku, cerita tentang cinta beda agama. Aku termasuk orang yang aktif di media sosial, aku tertarik berkenalan dengan orang baru. Dia adalah Tegar, mahasiswa salah satu universitas di Purworejo. Kami berkenalan pada tahun 2018. Saat itu aku sedang mengurus pendaftaran sebagai mahasiswa baru di salah satu kampus di Semarang.

Setelah hampir 1 bulan berkomunikasi via Whatsapp, kami memutuskan bertemu di Kota Solo. Kami keliling Kota Solo dengan hati yang berbunga. Entah apa yang kami pikirkan waktu itu. Kami hanya menikmati waktu bersama dari siang-malam untuk jalan-jalan menikmati kuliner Kota Bengawan yang banyak.

Advertisement

Aku mengajaknya singgah di rumah dan bertemu dengan keluarga dan makan bersama. Selanjutnya aku mengajaknya ke Taman Balekambang lalu kemudian jalan-jalan ke mal dan menungguinya menunaikan salat di masjid mal. Setelah selesai salat aku mengajaknya ke kuliner Pasar Gede. Kami saling bertukar cerita sampai tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB.

Kemudian kami memutuskan untuk langsung ke stasiun Purwosari karena harus naik Kereta Api Prameks dengan jadwal keberangkatan paling malam pukul 19.00 WIB. Sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta, kami tak berhenti bercerita, bersenda gurau, kemudian dia izin untuk salat magrib.

Tak terasa terdengar announcement di stasiun yang memberikan informasi KA Prameks dengan tujuan Yogyakarta akan datang, kemudian dia berpamitan pulang. Entah kenapa pada waktu itu aku sedih.

Sesampainya di rumah dia memberi kabar dan bilang kapan-kapan aku akan diajak main ke rumahnya. Semakin hari kami semakin intens chatting dan teleponan. Sampai akhirnya kami memutuskan untuk menjalin hubungan pacaran.

Advertisement

Kami tahu kalau kami berbeda keyakinan, aku nasrani dan dia muslim. Namun, awalnya itu tidak menjadi masalah. Kami saling mengingatkan jadwal ibadah, dia selalu hafal jadwal saya ke gereja. Bahkan dia tidak masalah kalau malam Minggu aku harus mengikuti ibadah kaum muda di Gereja.

Aku juga selalu mengingatkan jadwal salat dan jumat’an. Begitu pula ketika dia izin mengikuti pengajian di masjid, saya tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Ketika Bulan Ramadan tiba dan dia menjalankan ibadah puasa aku selalu memasang alarm setiap dini hari untuk membangunkannya agar tidak lupa sahur sehingga memiliki tenaga untuk menjalankan ibadah puasa. Aku memarahinya saat dia bilang tidak puasa, kecuali kalau dia sakit. Aku senang ketika waktu mau buka puasa aku selalu menemaninya buka puasa walupun hanya via online.

Saat lebaran hari ke-2 aku pertama kali datang ke rumahnya untuk bersilaturahmi dengan keluarganya. Aku sangat excited dan bingung mau membawakan apa, sampai aku tanya mama dan malah dibelikan untuk dibawa ke Purworejo.

Advertisement

Tegar menjemputku bersama kakak perempuannya yang Bernama Galuh Permatasari dan bersilaturahmi. Dia meminta izin ke mama untuk mengajak aku main ke rumahnya. Kondisi jalan saat itu lumayan padat, mungkin karena masih Lebaran. Selama di mobil, kami banyak cerita. Sementara kak Galuh gaya bicaranya lebih seperti menginterogasiku.

Sesampainya di rumah, ibunya menyambut hangat kedatangan kami. Aku memanggilnya ibu kepada mamanya tegar, karena pada saat memanggil di pertemuan pertama saya malah dimarahi. Katanya panggil ibu saja.

Banyak hal yang aku syukuri, aku diperbolehkan mengenal keluarga ini, keluarga yang sangat hangat dan baik. Aku merasa sangat dicintai di keluarga ini.

Advertisement

Harus Berhijab

Pada tahun 2020 aku diberitahu Kak Galuh bahwa pada Desember nanti ia akan menikah dengan pria Idamannya yang bernama Mas Najib. Aku senang mendengar kabar itu, kemudian Kak Galuh bertanya apakah aku mau kalau menjadi bridesmaid dalam pernikahannya. Bukan main rasanya, aku langsung mengiyakan hal tersebut. Kak galuh memberitahu kalau besok semua bridesmaid memakai hijab karena sudah paket.

Makdeg...Aku bingung harus jawab apa. Aku bercerita kepada Tegar, dia juga tidak memaksakan dan menyerahkan keputusan kepada aku. Dia meyakinkan bahwa ia dan keluarga akan menerima apa pun keputusanku. Setelah berpikir masak-masak aku memutuskan untuk mau. Saat itu aku hanya berpikir tidak mau membuat kecewa keluarga Tegar,.

Aku pikih kan hanya berhijab dan dalam Kristen tidak berdosa juga. Perempuan penganut Kristen Ortodoks pun mereka berhijab dalam kesehariannya, well it’s okay.

Pada akhir tahun 2021, Kak Galuh melahirkan anak pertama. Sebulan setelahnya aku datang untuk melihat anaknya yang diberi nama Rendra. Ia adalah bayi laki-laki lucu dan gemuk. Aku membawakannya beberapa perlengkapan bayi sebagai hadiah dan menginap di sana karena mas Najib sedang dinas.

Keesokan paginya di hari Minggu, Kak Galuh membangunkanku untuk pergi ke Gereja. Saat itu aku memang tidak memasang alarm karena berpikir akan melaksanakan ibadah secara online saja. Tidak ada Gereja GBI di sini. Namun Kak Galuh bilang di seberang komplek ada gereja dan menyuruhku untuk ibadah di sana dulu.

Kemudian aku cari di Google ternyata benar ada Gereja GKJ. Aku pun lantas bersiap berangkat ibadah jam 9 di antar jemput  oleh Tegar. Sungguh aku merasakan sangat di terima dengan keadaanku walaupun berbeda agama di keluarga ini.

Advertisement

Kami menjalani hubungan LDR selama 3 tahun, hubungan LDR yang tidak hanya long distance relationship tetapi juga long distance religion. Kami hanya saling support, banyak hal yang kami alami dalam perjalanan cinta ini. Perbedaan yang menyatukan kami, perbedaan yang tidak pernah membuat kami berdebat dan memaksakan kehendak untuk meninggalkan keyakinan kami. Sekalipun kami sedang bertengkar hebat, tapi kami tidak pernah menyalahkan dan menyesal pernah menjalani kisah cinta beda agama selama 3 tahun ini.

Bahkan sampai sekarang kami masih menjalin komunikasi yang baik setelah kami memutuskan untuk berpisah secara baik-baik. Aku masih berhubungan dengan ibu dan Kak Galuh. Mereka sering menanyakan kabar dan memberi ucapan selamat untuk apa pun yang sudah aku capai.

Tegar juga masih berhubungan baik dengan mamaku dan sering chattingan walau sekedar menanyakan kabar. Kami saling memberikan support dan berbagi ucapan selamat hari raya masing-masing. Kami memang sudah tidak bersama tapi kami tidak menjadi asing.

Demikian cerita kisah tentang perjalanan hidup yang aku  alami. Semoga dengan adanya perbedaan tidak menjadikan kami saling membenci namun saling menghargai dan mengasihi. God Bless.

(Tulisan merupakan karya peserta program pelatihan jurnalisme warga pemuda lintas iman Solopos Institute)
Advertisement
Kaled Hasby Ashshidiqy - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif